Yogyakarta, 10 Juni 2011
Kai
Jika ada seorang perempuan yang membuat dadamu guncang ketika ia memalingkan mukanya dan tak lagi menatapmu. Rasa mendecit dalam dada. Sesak yang sesaat tak terhingga. Kau tak ingin kehilangan kedua mata yang menatapmu tajam hingga saat ini. Ia tak pernah benar-benar hilang. Bahkan dalam ingatanmu kau ingat kau selalu merindukan tatapannya. Kau yang tak pernah mau mengakuinya.
Dalam sehela nafas kau menawarkan genggamanmu. Ia menatapmu akhirnya dan dadamu lega. Nafasmu tak lagi memendek. Ia kembali mengenggam tanganmu. Janji kalian sebesar genggaman tangan. Kata dan tindakan hanya berada dalam dua pasang tangan. Hanya berada disana dan berdiam disana. Antara laki-laki dan perempuan. Antara cinta dan benci yang berganti-ganti. Antara keberanian dan kecemasan.
Kau ingin selalu mengajaknya melihat ke depan dan memastikan dalam kehidupan yang sekarang, sepasang tangan kalian selalu bergandengan. Apapun. Bagaimanapun. Sepasang tangan yang mengenggam harapan.
Kau menariknya, Kai. Kau mencintainya. Selalu. Bercinta kepadanya. Selalu dan selalu. Bahkan luruh keringatmu tak lagi mengkhianati hatimu ketika bersatu dengan sempurna pada keringatnya.
hmmm..
hahhaha, ngopo toh pak?