Pagi itu aku membenamkan kepalaku di air kolam dalam-dalam
Membasuh kenangan, semua tangis air mata, semua kedukaan yang telah menemukan ujung jalan
Sekali lagi
Semua cahaya tersibak dari hamparan hutan jati menuju pantai di Utara, menyibakkan sekian kebenaran:
Cinta bukanlah luka
Cinta bukanlah rasa sakit yang menusuk dada
Cinta bukanlah mematikan rasa
Cinta bukanlah yang tanpa kesadaran dan buta
Cinta bukanlah yang memabukkan dan membuat lupa akan diri
Jika ada kolam dimana aku lebih layak terbenam, kurasa senja di Kalingga sore itu menunjukkan sekian arah angin yang terhembus
Bahwa waktu masih memberi kesempatan untuk kenangan-kenangan baru
Bahwa: cinta adalah sesuatu yang bersetia dan selalu mengada
Dan pada akhirnya kutemukan semua itu di dalam dadaku sendiri
Seluas samudra
Sepanjang horizon dan lautan
Tak habis-habis. Tidak pernah menghilang dari genggaman. Juga tak juga kalah dari ketakutan dan cobaan.
Walau Kalingga membasuhku dengan badai petirnya yang pertama, seperti sepucuk bambu, aku pulang dengan hati yang teguh dan tak terbantahkan oleh badai yang menderu di luar sana.