selimut merah marun
masih bersibak harum
dharamsala
tetes salju pernah mengendap
dingin udara pernah meresap
dalam gelap
malam-malam sepi
dalam detak dada yang terbaring
jemari yang mencari
terkatup hingga pagi
di tanah ini
ziarah-ziarah sunyi
terjadi
dalam keheningannya
aku menghirup
segala kenanganmu
segala ingatan
dan memori
dan pada segala kehilangan
dalam mata biksu
yang menatap nanar
api yang tengah menyala
di tanah mereka
jauh disana
lilin tak lagi cukup menerangi
tubuh telah menjadi sumbu
betapa, betapa merahnya
dharamsala
dalam matamu
aku mengingat
segala cerita
pada akhirnya kita semua adalah pengungsi
dalam naungan buddha
dan dalam doa yang kelak
menyala dalam lilin biasa
The Red of Dharamsala
The red maroon blanket
still smell of Dharamsala
The drip of snow has once precipitate
The cold air has once seep through
In the darkness
Lonely nights
Inside the beating chest whom had lied down
The lingering fingers
Clasping together until morning
In this land
The silent pilgrimages
Existed
In its quietness
I breath
All your memories
All memories
Which once mine
And in every lost
At the monk’s eyes
That stared at
The burning fire
On their land
Far away
Candles no longer illuminate
Bodies has become the burning thread
How red, oh how red is
Dharamsala
Inside your eyes
I remember
Every stories
In the end we all are taking refugee
Under the auspices of Buddha
And in the prayer that one day
Can light like an ordinary candle