Mala

Pertama kali aku melihat untaian merah koral itu

Di genggamanmu

Di sebuah toko kecil di pojokan kota yang tak kalah kecil, dekat pohon sebelah kuil

Kau mengisinya perlahan dengan doa, butir demi butir

Di dapur kita yang ketiga, butir demi butir beras basmati kutuang dalam panci, biasanya sambil mengobrol atau memotong sayur kita menunggu siulan ketiga dan siapapun yang terdekat akan mematikan api kompor

Suatu sore sepasang naga biru dan kepak api sepasang phoenix mengisi kamar kita, mereka berkibaran dalam lingkaran, kataku pendek, meraih bahumu dekat pintu

Tidak ada kata perpisahan ketika semua barang telah rapi kau masukkan ke tasku, aku ke belakang sebentar untuk mengecek apa yang tertinggal

Kau tertinggal di kamar, mengambil mala koral merah itu, dalam satu untaian mengisinya dengan doa dan mantra

Henyak aku menemukanmu, melindungiku dan lantunan mantra Buddha tergiang di telingaku sepanjang perjalanan

Dalam pijakanku di Ibu India, aku menghitung menit dimana doaku tercampur sekian rinduku padamu menetesi tanah basah

Di 3.33

New Delhi, 29 April 2016