:untuk afrizal malna
kebakaran-kebakaran lalu ada kematian di lautan dan harga cabe untuk sambel ulekan pagi ini. ada orang gila, ada presiden gila dan rakyat-rakyat gila, tetapi kurasa dunialah yang gila. apa itu waras dan siapa itu saya dan dimana letak saya. hanya sepintas seperti kata-kata yang terlontar dari mulut saya di malam itu dan menatapmu lalu mendengar loncatan-loncatan di kepalamu. orang-orang bingung, bengong dan entah mau berbicara apa.
seperti batu, dilewati denting air terjun yang tiba-tiba semerdu kecapi, begitulah isi kepalamu. memang sedekat itu sebetulnya jarak, tetapi seperti ada yang menghambat. sisa topi miring di gelas-gelas yang belum dibersihkan memang betul-betul menghambat urat syaraf. sepotong percakapan yang lewat menghantar bangun tidur. butuh kecupan butuh waktu untuk sekilas saja mencari pisau untuk mengiris bawang.
karena kami akan memasak sesuatu untuk makan. bungkus-bungkus mie, tempe penyet dan satu batu ulekan yang penuh sambel terasi. koran-koran, film-film, iklan-iklan dan kematian peradaban di piring kami. rumah sakit jiwa, kamar, kakus, jalan-jalan, gang-gang sempit, motor, cinta, ngentot, rokok, buku, puisi, prosa, bla bla bla. aku jadi seperti mengerti loncatan-loncatan di kepalamu.
seperti inilah!
-mengenang malam puisimu-