Lagu delapan belas itu mengguncangku di kendaraan. Aku berada di antara bahu kawan-kawan seperjuangan. Di antara saudara dan paman. Aku melihat segala sosokmu dalam gulungan imaji yang mengalir bagai sungai tenang. Sekian kehidupan. Sekian lingkaran dan rantai. Di satu masa kau menghilang pada ingatan yang sepekat air mata.
Kini, ketika jarak sedang tak tergapai lengan, kita selalu berbicara melalui udara seperti biasanya. Begitulah keajaiban-keajaiban terjadi. Lilin yang selalu menyala di dalam hatimu. Dian yang tak kunjung padam dan ilmu kehidupan yang tak akan lenyap. Untuk hiduplah kita berada kini. Untuk yang benar-benar hidup.
Ini sudah bukan lagi masalah kebahagiaan atau kesedihan, tapi mengenai rasa yang mendekati kebeningan semesta. Titik temu yang menjelma permata hijau di puncak kepala. Di antara kesadaran itulah kita menyala.