cerita kelima untuk qq
dua minggu bukan tanpa air mata dan suatu penggoresan bilah-bilah pisau kayu pada hati. dua minggu juga bukan untuk sebuah pemukiman yang dituntut raga, tetapi pengembaraan yang tiada henti, tiada pulang, tiada pergi, hanya perjalanan itu sendiri. kita pun teronggok mati, dengan kepala tengadah dan mulut yang berbusa di suatu pagi buta. melewati kabel-kabel dan kecepatan suara, malaikat-malaikat itu mengantarkan kita. bukan pada maut, karena bukan pada waktu kita terhadapkan. tetapi pada cinta yang mempunyai jeda dan membutuhkan celah untuk bernafas sekali lagi.
dan pada nagari yang bukan negeri, tuan yang bukan tuan kita berdua berdiri. terkaget-kaget melihat instantnya revolusi pada pantulan dua gelas yang dipecahkan angin malam di meja makan. lagi-lagi jeda, lagi-lagi celah, tetapi mengapa dunia sejenak begitu kosong dan sepi untuk dua manusia.