Aku masih belum terbiasa dengan pesan-pesanmu yang kini terbalas begitu cepat. Seolah peradaban telah meluncur dan kembali ke tanganmu dengan kondisi tidak siap. Aku pun. Seolah kepulanganmu adalah sesuatu yang surreal, satu tahun telah terlampaui sudah. Yang menakutkan dan terburuk telah lewat. Lalu suatu malam kau muncul begitu saja dalam layarku dan mata birumu bersinarkan rindu. Aku tersipu dan bertanya apakah ini benar-benar dirimu? Dan yang sedang terjadi di antara kita hanyalah jarak.
Kau menceritakan sekian tempat, sekian orang yang kau temui dan bagaimana kita berdua saling sensitif dengan energi. Ada rasa yang aneh dalam desir dadaku. Harapan-harapan yang tumbuh dengan perlahan, namun enggan untuk kupikirkan sekarang. Aku tak tahu lagi bagaimana kita akan berjalan selain hanya berjalan.
Hanya satu yang pasti kuketahui, aku mencintaimu. Dan akhir-akhir ini pun kau selalu mengucapkannya dengan semakin berani. Cinta adalah sesuatu yang membutuhkan keberanian.
Aku seolah mencari pembenaran akan rasa nyaman yang kutemukan dalam dirimu. Dan aku sedang mencoba tidak merasakan jarak. Namun aku tahu pasti kita butuh untuk lekat demi mengingat akan sesuatu yang pernah kita mulai di suatu sore. Sesuatu yang masih berjalan dan kita saling mengharap jawaban.
Aku menatapmu pagi ini dan menikmati pancaran sinarmu. Di hari yang sudah malam di belahan duniamu. Seolah ingin kuraih hatiku dalam genggaman.