ode untuk p.a.t
aku selalu mengenang lelaki tua dengan asap super di antara jemari tangannya. lelaki yang membuatku tidak mandi berhari-hari hanya untuk terperangkap dalam dunia imajinasinya. lelaki yang selalu bangkit dalam berbagai peristiwa dan tidak tumbang-tumbang. namun bagaimanapun orang-orang baik selalu pergi.
duluan.
seolah aku memungut sejumput bunga-bunga melati untuk kutabur di udara untuknya. yang semoga sampai. yang semoga terdengar.
walau telinganya telah dihantam popor senjata. dulu. dulu sekali.
kematiannya seolah telah kulihat semalaman, bahkan dalam layar hpku. berkali-kali, hingga benar-benar tiada. hingga terasa ngilu di dada.
bagaimanapun,
aku pernah mencintaimu, minke,
nyai ontosoroh,
ra tirtoadisuryo,
larasati,
arok,
dan dirimu,
pram.
1 mei 2006