waktubatu, satu kisah yang bertemu di ruang tunggu
:untuk elang
aku ingat satu aroma udara malam itu, dingin menyeruak melalui rongga hidung. pentas teater garasi waktubatu, pentas hari terakhir dimulai pukul delapan malam. salah satu penulis skenarionya, adalah seorang penulis yang juga kukagumi. banyak cerita bisa dimulai disini. tetapi satu kisah saja untuk saat ini.
kisah ini dimulai beberapa menit yang lalu ketika sudah sekian lama tidak kusentuh mayanya dunia. tulisan seorang kawan menyentakku sekaligus mengingatkanku dengan waktubatu, sebuah ruang tunggu memang. ruang tunggu yang gelap, panggung kayu, batu, dan seekor penyu.
debu-debu jalanan tidak mengangguku malam itu, seperti biasa aku suka dengan bau-bau abu. baru saja kuselesaikan satu hal yang mengangguku hari itu dan aku datang pada waktubatu, kisah-kisah yang bertemu di ruang tunggu.
ah, yah aku datang waktu itu, sedikit kedinginan. duduk di bangku depan blok E, lalu pindah menggelesot ke lantai. kau mengenaliku, sedangkan perhatianku tersita penuh pada pentas. orang-orang yang lari melewatiku dengan centong kayu dan dialog-monolog yang menenggelamkanku. mimik-mimik itu, gerak tubuh, suara-suara mendengung memadu. aku berhenti di sebuah waktu, duduk seperti genapnya batu. dahsyat memang.
aku datang dengan seorang kawan. berkelamin lelaki, tetapi ia bukan lelakiku. sampai saat ini hanya ada seorang yang bisa kusebut begitu, tetapi aku ingin mengenyahkan semua bentuk kepemilikan itu. benar-benar enyah.
aku baru tiba di kota asalku, aku merasa asing berputar-putar bagaikan gasing. aku ingin kembali ke ruang tunggu. menit-menit yang membatu itu, andaikan saja. tapi ah, tenang saja kawan, ini baru satu kisah.
bgr, 20.07.02