kita sedang sepi sendiri dan tidak berbicara apa-apa. melewati sekian peristiwa begitu saja. menciptakan rasa gelisah dimana-mana. aku sedang berlibur seminggu. mematikan isi kepalaku seperti radio yang dimatikan dan bersenang-senang saja dahulu. terlalu banyak yang berseliweran, aku butuh waktu dan ruang. juga kesenangan. juga kau. walau hanya dalam beberapa baris kata.

terlalu banyak analisa. segala. lisa baru pergi. kawan-kawan pulang. yogya sepi. aku tak sms. dia tak sms. bojoku masih di sampingku pagi-pagi sekali. perayaan tanpa ada yang perlu dirayakan. lagi-lagi. antara muak dan rindu akan pesta-pesta. sepi-sepi dalam keramaian yang amat sangat. betul. lagi-lagi. terlau banyak analisa. segala. terlalu afrizalian. bangsat. anjing taik kucing dan segala penghuni bonbin. asu dan anjing dalam segala bahasa. shit mother fuckers!

Demi Yang Maha EA
:p.e.a.

demi yang maha ea, kau masih mengaduk-aduk kata.
berapa banyak yang dibutuhkan seseorang untuk menggoncang dunia?
atau hanya dalam beberapa tangisan dalam satu malam?

kau sedang mencari kesepian dimana-mana, bahkan dalam sekeping obrolan dan segelas kopi pait.
demi yang maha ea, kau masih mengaduk-aduk kata.
masih sangat.
dalam kursi bambu yang juga hangat.

yk, 141103

XII.
kita seperti anjing kota. berkeliaran dan pecah di perempatan. aku menemukan afrizal di setengah perjalananku ke barat. kubawa dia di dalam tasku, juga prosa-prosa. aku sedang mencari buku untuk memindahkan kehidupan ke dalam kertas-kertas.

kau masih ingat afrizal dan dalam rahim ibuku tidak ada anjing yang kuberikan untukmu. dia hadir lagi dan sosok-sosok anjing kawanku melebur dalam sosokmu. setengah serigala dan masih serigala. yang selalu kesepian bahkan dalam catatan-catatan lama.

bahkan, seperti lupa yang merongrong dunia. aku ingin malam pecah lagi. menjadi seribu dan kita lahir lagi tanpa ibu.

XI.
kita berpisah dengan satu kata, nanti bertemu kembali. entah kapan namun pasti. ini sudah nyaris tujuh hari. diriku sedang bergerak ke arah barat. menghilang dan mencari angka-angka untukmu. mencari kenangan untukmu.

apa yang menjadikan hati bercabang jika bukan cinta yang seseorang miliki, kata seseorang yang lain. jangan pernah menyelingkuhi hatimu, lanjutnya. bagaikan nabi-nabi tanpa arti. kata-kata menjadi. menjadi begitu saja.

sekilas embun kacamata kita terhapus dan mata-mata lanjut menyala.

X.
ini sudah tulisan ke sepuluh, sepertinya tulisan-tulisan ini benar-benar tidak akan selesai. setidaknya hari ini. malam ini. aku sedang ingin keluar dari rutinitasku sendiri, mengacaukan semestaku sendiri, semuanya untuk memperoleh hari yang lebih baik, hari-hari untuk duduk sebentar, merenung sambil menghisap sebatang rokok. memikirkan apa-apa yang belum lagi selesai. memikirkan segala-galanya agar tidak redup dan mati begitu saja.

hanya berhenti dan berpikir sejenak.

aku ingin bicara tentang apa-apa yang tidak selesai, pada kita dan juga orang lain bersama kita. seperti yang sudah tertuliskan dan terucap berulangkali. di perempatan, di jalan-jalan sampai langit hitam kelam.

IX.
kita tidak berani saling bersitatap, ada semacam ketakutan bilamana dunia akan mengetahui rahasia-rahasia terbesar hati kita. rahasia-rahasia yang akan kita bawa sampai mati, sampai liang kubur dan tidak akan meninggalkan jejaknya di dunia ini dan di masa ini. kita memilih untuk selalu melihat ke arah lain, di hadapan banyak orang, selalu memungkiri apa-apa yang kita rasakan, untuk selalu kita rahasiakan.

aku mengerti dan akan selalu mengerti bahkan pada semua tatapan perempuan-perempuanmu yang kesekian. hal-hal yang jika aku menatapmu, aku akan menyadari bahwa aku selalu kehilanganmu benar-benar. dadaku pahit dan miris, lalu semuanya terlihat begitu menyedihkan.

benar kataku suatu kali, kau adalah rahwana yang datang padaku dengan marah dan terluka. selalu dan selalu. keesokan harinya kau akan pergi untuk menggelar perang terhadap rama-rama yang sombong itu, merebut sita yang kau cintai dengan gila dan dengan darah. aku juga perempuan tetapi aku bukan sita yang hadir untuk diperebutkan. bahkan olehmu, rahwana yang selalu mempesona. aku selalu menolak menjadi sita dan peran-peran yang menunggu sampai dirinya membusuk.

VIII.
lalu dari hujan dimulailah itu semua. kau menjelma dari sesuatu yang kemudian aku benci namun tidak bisa kupungkiri, pada akhirnya kau akan melebur ke dalam semua bulir-bulir air di sekitarku. kau tiba-tiba besar dan tumbuh bersamaku.

aku melihat ada setan di wajahmu. aku melihat kegelapan di semua sosokmu. muncul ketika temaram lampu menerpa sekujur badanmu. dengan air, api dan tanah. lalu segala wewangian yang kau simpan di tas besarmu. juga foto-foto. juga buku. bukuku.