Gelap yang hanya diterangi bulan
Pasir membentang
Menafsirkan bintang di atas kepala
Mantram-mantram berseliweran
Pada segala ibu kita semua berpulang
Namun dirimu menyentuh air
Seperti pertanda semesta
Mataku basah
Setelah sekian abad
Aku sudah tak lagi mengenali siapa yang sebenarnya berpulang
Pada apa
Tapi pada dadamu
Gemuruh subuh
Membuatku menaruh kepalaku
Kembali ke dalam lengkung rusukmu
Aku seolah menggenapi segala yang kembali menyatu
Yang Utara
dan yang Selatan
Yang jauh
dan yang dekat
Tak terpisahkan
Sudah beribu-ribu perjalanan kita berdua tempuh
dan pada pelukan di sebuah sore itu
kata-katamu menggema bagai rima di telingaku
Kau yang sudah berjalan begitu jauh menujuku
dan aku yang akan selalu menangkapmu
Maka kubiarkanlah segala yang mendekap
Hingga cuit burung menandakan pagi
dan angin laut bertiup kembali dari Selatan
Parangkusumo, 27 Juni 2018