Di Hari Seperti ini, Lebih Beranilah Mencintai

:Untuk Icha dan Hilal, di hari pernikahan mereka

Aku berangkat dari Yogyakarta di pagi hari. Dalam perjalanan menuju Stasiun Tugu, demonstrasi untuk Pembebasan Palestina memenuhi titik nol. Aku tak tahu di bagian mana ceceran hatiku berserak dan terkuak tak henti-henti. Jelas tidak hanya kemarin. Namun semenjak dahulu. Semenjak dulu-dulu. Ada sesuatu dalam kita yang jelas-jelas kita kenali tentang penindasan dan tentang penjajahan. Selalu tersimpan di dalam darah dan tulang belulang.

Di Cikini, sepanjang jalan bunga putih dan ungu muda bermekaran, di tengah hujan yang tak kunjung datang. Tak memadamkan bara di dalam hati kita semua.

Mencintai di hari seperti ini adalah melawan dunia, yang tengah mengajarkan sebaliknya. Mencintai di hari seperti ini adalah menjadi berani dan meneriakkan cinta untuk tersebar kepada dunia. Cinta yang sepadan rata untuk semua. Seperti ketika abu jatuh ke tanah dan bumi menerimanya. Seperti ketika kematian tiba dan tanah merekah menerima akhir dari mereka semua. Ini adalah cinta yang berani melampaui semua ini.

Di tengah semua gempuran, hari ini, kalian berani memilih untuk tetap saling mencinta. Untuk hari ini, rasa cinta yang bersemi mengalahkan semuanya. Seperti nuansa bunga putih dan ungu muda yang mewarnai di cuaca yang panas, seolah seperti secercah harapan memenuhi semua relung kehidupan yang sementara di Jatinegara.

Jika di hari ini, dunia memperbolehkan kita untuk berpegangan tangan bersama. Saling berpelukan satu dengan yang lain. Menari dan merayakan semua kesementaraan hidup yang kita tidak tahu akan kemana. Menciptakan momen-momen berarti untuk tetap hidup. Untuk tetap bertahan dan saling menghargai untuk tetap tumbuh. Halus, tenang dan merambati denyut kehidupan yang menjadi urat nadi kita semua.

Cikini, 12 November 2023