aku lupa kapan terakhir kali aku memeluk boneka teddy bearku sambil menangis. aku mencoba mencari foto-foto kanak-kanakku yang sepertinya pernah memegang-megang boneka itu. semua boneka-boneka itu hilang. lenyap atau mungkin di tangan kanak-kanak yang lain.

dan di saat seperti ini aku masih membutuhkan teddy bearku, kali ini untuk berhenti menangis akan luka yang tidak selesai-selesai. membutuhkannya untuk berteriak dan mengacungkan jari tengah pada dunia di luar sana.

juga untuk selalu pulang dan tertidur di sebelahnya.

: sebuah cerita tentang sebuah kamar

dan ruangan putih di lantai dua dengan jendelanya menjadi tempat dari map-map yang hampir hilang. terlalu banyak orang dan terlalu sedikit orang. sedangkan kota-kota semakin tiada bahkan dalam ingatan yang bersumber pada benjolan di sebelah kanan kepalaku yang memekak tipis setelah kecelakaan.

aku kehilangan tumpukan buku dan gulungan peta-peta yang semula menumpuk di pojokan sana. semua foto-foto menghilang dan sangat berantakan.

aku bahkan sempat mendata orang-orang yang datang dan pergi, kemudian membuang semuanya keluar dari jendela lantai dua. bak sekertas putih aku menunggu noda-noda yang akan ditinggalkan hanya olehmu. yang penuh warna.

ketika segala hal sungguh-sungguh sudah berada di luar sana.