THE HURT

RASA SAKIT

I have hurt you, my dear,
I have torn your soul.

Aku telah menyakitimu, sayangku,
aku telah merobek jiwamu.

Understand me.
Everyone knows who I am,
but that “I am”
is besides a man
for you.

Mengertilah aku.
Semua orang mengetahui siapa aku,
tetapi “aku adalah” itu
adalah seorang laki-laki
untukmu.

In you I waver, fall
and rise up burning.
You among all beings
have the right
to see me weak.
And your little hand
of bread and guitar
must touch my breast
when it goes off to fight.

Dalam dirimu aku ragu-ragu, jatuh
dan bangun terbakar.
Kau di antara semua mahkluk
yang memiliki hak
untuk melihat diriku lemah.
Dan tangan kecilmu
dari roti dan gitar
harus menyentuh dadaku
ketika aku pergi berjuang.

That’s why I seek in you the firm stone.
Harsh hands I sink in your blood
seeking your firmness
and the depth that I need,
and if I find
only your metallic laughter, if I find
nothing on which to support my harsh steps
adored one, accept
my sadness and my anger,
my enemy hands
destroying you a little
so that you may rise from the clay
refashioned for my struggles.

Maka dari itu aku mencari dalam dirimu sebuah batu yang kokoh.
Tangan yang kasar dimana aku tenggelam dalam darahmu
mencari keliatanmu
dan dalam kedalaman yang kubutuhkan,
dan aku akan menemukan
tidak hanya senyummu bagai besi, tetapi jika aku tidak
menemukan apa-apa yang akan mendukung langkah kasarku
kau yang kukagumi, terimalah
kesedihanku dan kemarahanku,
tangan musuhku
menghancurkanmu sedikit
hingga kau bangkit dari tanah liat
yang dibangun ulang dari pergulatanku.

~Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

THE QUESTION

PERTANYAAN

Love, a question
has destroyed you.

Cinta, sebuah pertanyaan
telah menghancurkanmu.

I have come back to you
from thorny uncertainty.

Aku telah kembali kepadamu
dari ketidakjelasan yang rumit.

I want you straight as
the sword or the road.

Aku menginginkanmu lurus seperti
pedang atau jalan.

But you insist
on keeping a nook
of shadow that I do not want.

Tetapi kau tetap bersikeras
untuk menyimpan sudut
dari bayangan yang tidak kuinginkan.

My love,
understand me,
I love all of you,
from eyes to feet, to toenails,
inside,
all the brightness, which you kept.

Cintaku,
mengertilah aku,
aku mencintai seluruhmu,
dari mata ke kaki, dari ujung kuku,
di dalam,
semua cahaya, yang kau simpan.

It is I, my love,
who knocks at your door.
It is not the ghost, it is not
the one who once stopped
at your window.
I knock down the door:
I enter all your life:
I come to live in your soul:
you can not cope with me.

Ini adalah aku, cintaku,
yang mengetuk pintumu.
Bukan hantu, dan bukan
yang hanya berhenti sekali
di jendelamu.
Aku meruntuhkan pintu itu:
aku memasuki seluruh hidupmu:
Aku hidup dalam jiwamu:
kau tidak akan bisa bertahan denganku.

You must open door to door,
you must obey me,
you must open your eyes
so that I may search in them,

Kau harus membuka pintu demi pintu,
kau harus menurutiku,
kau harus membuka matamu
sehingga aku dapat mencari di dalamnya,

you must see how I walk
with heavy steps
along all the roads
that, blind, were waiting for me.

kau harus melihat bagaimana aku berjalan
dengan langkah-langkah yang berat
sepanjang semua jalan
yang buta, yang menunggu diriku.

Do not fear,
I am yours,
but
I am not the passenger or the beggar,
I am your master,
the one you were waiting for,
and now I enter
your life,
no more to leave it,
love, love, love,
but to stay.

Janganlah takut,
aku adalah milikmu,
namun aku bukanlah penumpang ataupun pengemis,
aku adalah tuanmu,
yang telah kau tunggu-tunggu,
dan sekarang aku memasuki
hidupmu,
tidak lagi untuk pergi,
cinta, cinta, cinta,
tapi untuk tinggal.

~ Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

ABSENCE

ABSEN

I have scarcely left you
when you go in me, crystalline,
or trembling,
or uneasy, wounded by me
or overwhelmed with love, as when your eyes
close upon the gift of life
that without cease I give you.

aku hampir tidak meninggalkanmu
ketika kau pergi ke dalamku, begitu jernih,
atau gemetar,
atau gelisah, terluka olehku
atau kewalahan oleh cinta, sebagaimana ketika matamu
terkepung akan pemberian dari hidup
yang tanpa henti-henti kuberikan padamu.

My love,
we have found each other
thirsty and we have
drunk up all the water and the blood,
we found each other
hungry
and we bit each other
as fire bites,
leaving wounds in us.

Cintaku,
kita telah menemukan satu sama lain
haus dan kita telah
meminum semua air dan darah,
kita menemukan satu sama lain
kelaparan
dan kita saling mengigit
sebagaimana api mengigit,
meninggalkan luka di dalam kita.

But wait for me,
keep for me your sweetness.
I will give you too
a rose.

Tetapi tunggulah aku,
simpanlah untukku kecantikanmu.
Aku pun akan memberikan kepadamu
setangkai mawar

~ Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

Yogyakarta, 18 Januari 2011

Ing

Kai, hanya kau yang tahu benar diriku. Tubuhku. Rasaku. Aku tak bisa menahan untuk tak meneriakkan namamu. Ledakan-ledakan dalam dadaku jika bersamamu. Kurengkuh kepalamu dan kureguk semua rindumu padaku. Apakah waktu selalu membuktikan kepada kita sesuatu?

Segalanya masih sama sekaligus berbeda. Diri kita yang masing-masing bertambah dewasa. Rasa kita yang semakin mengental oleh waktu. Detik-detik yang berjalan dengan lebih sabar dan lebih kuat. Apakah ini benar-benar cinta sejati?

Kutatap matamu, Kai. Ada yang penuh disana. Sinarmu begitu cermerlang kini. Kau membuat diriku sempurna. Kau merajutku dengan utuh dan tiada lagi.

Tiada lagi selain dirimu.

Yogyakarta, 29 Desember 2010

Kai

Dadamu berdesir, Ing. Kuketahui semua itu dari hangat matamu. Getaran yang muncul dari siku kirimu. Aku masih mencintaimu Ing, dari segalanya, atas segalanya. Delapan tahun, sejak kau duduk di pojokan meja yang sama. Dan kau semakin bersinar. Semakin matang dan mekar.

Aku ingin menahanmu malam ini, Ing. Aku ingin tak peduli. Aku ingin membawamu dan tak akan melepaskanmu lagi. Tak akan pernah. Melihatmu lagi, hasratku ingin menjagamu. Ing-ku yang begitu percaya. Kau yang tak pernah kecewa.

Ing, terlalu besarkah jika kuberharap suatu hari nanti kau akan kembali padaku? Aku pernah berjanji kepadamu, Ing dan pada waktu itu kita berdua sama-sama lari. Apakah waktu selalu tak pernah tepat? Aku ingin menatap sekali lagi matamu, Ing. Melihat binar cahaya yang selalu percaya padaku.

Kutahan genggamanmu ketika kau hendak pulang. Senyummu seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Sekali lagi, ingin kudengar nafasmu. Sekali lagi, hanya Tuhan yang tahu betapa aku mencintaimu.

Kau pergi dan aku tak pernah tahu kapan kau akan kembali.

dia yang selalu menjaga hatiku
:k

delapan tahun sudah
kita memendam semua hasrat
semua tatapan
semua sentuhan
dan pelukan

caramu memegang ujung siku lengan kiriku
mematahkan segala yang tertahan akanmu
menembus rindu
jantung hatiku

tak pernah cukup
tak pernah habis
aku yang selalu menginginkanmu
kau yang selalu melumatku

ribuan kali sudah
ribuan kali masih

tersibak sudah
tak lagi kita berpura-pura
tak lagi kita bertahan dan menahan
diri

aku sungguh mencintaimu lurus
tanpa macam-macam
sejatiku
selalu berpulang padamu
dan sejatimu
selalu berpulang padaku

yogyakarta, 29 Desember 2003 – 29 Desember 2010

YOUR LAUGHTER

TAWAMU

Take bread away from me, if you wish,
take air away, but
do not take from me your laughter.

Ambil roti dariku, jika kau ingin,
ambil udara dariku, tetapi
jangan ambil dariku tawamu.

Do not take away the rose,
the lanceflower that you pluck,
the water that suddenly
bursts forth in your joy,
the sudden wave
of silver born in you.

Jangan ambil dariku mawar,
bunga liar yang kau petik,
air yang tiba-tiba
meluap dalam kegembiraanmu,
ombak yang tiba-tiba
akan perak yang lahir darimu.

My struggle is harsh and I come back
with eyes tired
at times from having seen
the unchanging earth,
but when your laughter enters
it rises to the sky seeking me
and it opens for me all
the doors of life.

Perjuanganku keras dan aku kembali
dengan mata yang lelah
dari waktu yang telah melihat
bumi yang tak berubah,
tetapi tawamu masuk
dan muncul ke udara mencariku
dan membuka semua untukku
pintu-pintu dari kehidupan.

My love, in the darkest
hour your laughter
opens, and if suddenly
you see my blood staining
the stones of the street,
laugh, because your laughter
will be for my hands
like a fresh sword.

Cintaku, dalam waktu yang tergelap
tawamu
terbuka, dan jika tiba-tiba
kau melihat darahku ternoda
pada batu di jalanan,
tertawalah, karena tawamu
pada tanganku
bagaikan pedang yang baru.

Next to the sea in the autumn,
your laughter must raise
its foamy cascade,
and in the spring, love,
I want your laughter like

Di samping laut pada musim gugur,
tawamu memunculkan
buih yang jeram,
dan pada musim semi, cintaku,
aku ingin tawamu seperti

the flower I was waiting for,
the blue flower, the rose
of my echoing country.

bunga yang kutunggu,
bunga biru, mawar
dari negeriku yang bergema.

Laugh at the night,
at the day, at the moon,
laugh at the twisted
streets of the island,
laugh at this clumsy
boy who loves you,
but when I open
my eyes and close them,
when my steps go,
when my steps return,
deny me bread, air,
light, spring,
but never your laughter
for I would die.

Tertawalah pada malam hari,
pada hari, pada bulan,
tertawalah pada kesintingan
jalanan di pulau,
tertawalah pada kekikukan
anak laki-laki ini yang mencintaimu,
tetapi ketika aku membuka
mataku dan menutupnya,
ketika langkahku pergi,
ketika langkahku kembali,
tolaklah aku akan roti, udara,
cahaya, musim semi,
tetapi jangan pernah tawamu
karena aku akan mati.

~ Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

NIGHT ON THE ISLAND

MALAM DI PULAU

All night I have slept with you
next to the sea, on the island.
Wild and sweet you were between pleasure and sleep,
between fire and water.

Sepanjang malam aku telah tidur denganmu
di samping laut, di sebuah pulau
Liar dan manis, kau di antara kenikmatan dan tidur,
di antara api dan air.

Perhaps very late
our dreams joined
at the top or at the bottom,
up above like branches moved by a common wind,
down below like red roots that touch.

Mungkin ketika larut
mimpi kita tergabung
di atas atau di bawah
di atas cabang-cabang yang digerakkan oleh angin yang biasa,
di bawah seperti akar-akar merah yang menyentuh.

Perhaps your dream
drifted from mine
and through the dark sea
was seeking me
as before,
when you did not yet exist,
when without sighting you
I sailed by your side,
and your eyes sought
what now-
bread, wine, love, and anger-
I heap upon you
because you are the cup
that was waiting for the gifts of my life.

Mungkin mimpimu
hanyut dariku
dan melalui laut yang gelap
mencariku
seperti sebelumnya,
ketika kau belum ada,
ketika tanpa melihatmu
aku berlayar di sisimu
dan matamu mencari
apa yang sekarang –
roti, anggur, cinta, dan kemarahan –
yang kutumpuk untukmu
karena kau adalah piala
yang menunggu pemberian dari hidupku.

I have slept with you
all night long while
the dark earth spins
with the living and the dead,
and on waking suddenly
in the midst of the shadow
my arm encircled your waist.

Aku telah tidur denganmu
sepanjang malam sementara
malam yang gelap berputar
dengan yang hidup dan yang mati,
dan terbangun tiba-tiba
di tengah-tengah kegelapan
lenganku melingkari pinggangmu.

Neither night
nor sleep could separate us.

Tiada malam
atau tidur dapat memisahkan kita.

I have slept with you
and on waking, your mouth,
come from your dream,
gave me the taste of earth,
of sea water, of seaweed,
of the depths of your life,
and I received your kiss
moistened by the dawn
as if it came to me
from the sea that surrounds us.

Aku telah tidur denganmu
dan ketika bangun, mulutmu,
datang dari mimpimu,
memberikanku rasa dari bumi,
dari air laut, dari rumput laut,
dan dari kedalaman hidupmu,
dan aku menerima ciumanmu
basah oleh subuh
bagaikan datang padaku
dari laut yang mengelilingi kita.

~Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

THE WELL

SUMUR

At times you sink, you fall
into your hole of silence,
into your abyss of proud anger,
and you can scarcely
return, still bearing remnants
of what you found
in the depth of your existence.

Terkadang kau tenggelam, kau jatuh
ke dalam lubang kesunyian,
ke dalam jurang kemarahan yang angkuh,
dan kau hampir tidak dapat
kembali, masih bertahan sisa-sisa
yang kau temukan
dalam kedalaman kedirianmu.

My love, what do you find
in your closed well?
Seaweed, swamps, rocks?
What do you see with blind eyes,
bitter and wounded?

Cintaku, apa yang kau dapatkan
dalam sumurmu yang tertutup?
Rumput laut, rawa, batu?
Apa yang kau lihat dengan mata buta,
pahit dan terluka?

Darling, you will not find
in the well into which you fall
what I keep for you on the heights:
a bouquet of dewy jasmines,
a kiss deeper than your abyss.

Sayangku, kau tidak akan menemukan
dalam sumur dimana dirimu jatuh
yang telah kusimpan untukmu di ketinggian:
satu buket dari bunga melati segar
sebuah ciuman yang lebih dalam daripada jurangmu.

Do not fear me, do not fall
into your rancor again.
Shake off my word that came to wound you
and let it fly through the open window.
It will return to wound me
without your guiding it
since it was laden with a harsh instant
and that instant will be disarmed in my breast.

Jangan takut padaku, jangan jatuh
ke dalam dendammu lagi.
Guncangkanlah kata-kataku yang menyakitimu
dan biarkan terbang melalui jendela yang terbuka.
Yang mana akan kembali melukaiku
tanpa kau mengarahkannya
karena dalam ketajamannya yang sekejap
dan dalam sekejap akan dipatahkan di dadaku.

Smile at me radiant
if my mouth wounds you.
I am not a gentle shepherd
like the ones in fairy tales,
but a good woodsman who shares with you
earth, wind, and mountain thorns.

Tersenyumlah dengan penuh sinar padaku
jika mulutku telah melukaimu.
Aku bukanlah penggembala yang lembut
seperti yang ada di dongeng-dongeng,
tetapi seorang tukang kayu yang baik yang berbagi denganmu
bumi, angin dan duri-duri pegunungan.

Love me, you, smile at me,
help me to be good.
Do not wound yourself in me, for it will be useless,
do not wound me because you wound yourself.

Cintai aku, kamu, tersenyumlah padaku,
bantu aku jadi baik.
Jangan lukai dirimu dalam diriku, karena hal itu akan sia-sia,
jangan lukai diriku karena kau akan melukai dirimu sendiri

~ Pablo Neruda

Diterjemahkan oleh Astrid Reza

Lhasa, 9 Juli 2011

Ranmu

Bicaralah, Tara. Agar aku mendengarmu. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi laki-laki bermata abu-abu di hatimu. Namun kau harus maju. Kau harus berharap dirimu sendirilah yang akan menggantikannya. Bahwa dengan mencintai dirimulah, kau tak akan lagi kehilangan dirimu. Tak lagi menyakiti dirimu lagi.

Di antara pepohonan aku selalu melihatmu. Mengintip dari kejauhan. Apakah kau akan mengenggam tanganku, Tara? Apakah kau akan melangkah dan tertangkap padaku? Apakah kau akan sanggup untuk terjun lagi dan tak kembali. Karena kau serupa cermin jiwaku, Tara.

Tara, aku tahu kau tengah mencariku. Dalam potongan-potongan mimpi engkau datang. Dengan gaun biru langit. Rambut panjang hitam legam. Matamu yang tajam tak pernah semenusuk sedemikian. Menatap ke depan dan dalam. Kau datang sendirian.

Tak lagi sedih. Tak lagi sendu. Tak lagi hilang. Kau tahu kau tengah mencariku. Kaulah yang memegang kendali itu lagi. Seperti dulu. Ketika sosokmu muncul sebagai rajaku. Bicaralah, Tara. Agar aku mendengarmu. Agar aku dapat menjawabmu. Kau yang kini serupa ratu.

Kau masih diam. Kuteguk anggur dari botol termosmu.