dari kaca-kaca jendela

dan di antara buku-buku

kota ini semakin buram

dan kabut seharusnya sudah menghilang

burung-burung dan daun-daun

terbang berserabutan

seperti manusia berpasang-pasangan

berjalan bergandengan tangan

kota ini indah

namun sepinya tak terperikan

keindahan yang sudah mati

entah sejak kapan

indah yang kehilangan arti

aku dan kota mati ini

selamat jalan

aku ingin segera pergi…

-diambil dari catatan bhs inggris, ditulis di pelataran jendela, perpustakaan alexander-

:d.a.r.

aku tertinggal dengan hati yang sudah retak

nyaris pecah

lalu kubunuh juga bunga-bunga di hati

biar hilang wangi semerbak

mati kuinjak-injak

mungkin aku masih akan mencarimu

di antara jejaringan

melalui jalinan huruf-huruf

di tirai warung-warung

melalui refleksi gelas-gelas

di kota-kota

melalui warna-warna senja

kuayunkan sebuah palu

menuju dada

biar tak hanya retak

biar tak hanya retak

maaf, aku memang sudah bersiap-siap jatuh

menemani dirimu merangkak

jatuh cinta pada kata-kata? apakah itu mungkin? lalu dari jalinan-jalinannya, rangkai merangkainya, tulisan demi tulisan dan lembar demi lembar tersodorkan di depanku.

bermula dari sebuah rak buku, di sebuah toko dan corat coret itu mengganggu mataku. kubaca jua malam itu dan, oh aku tercandu…aku mabuk tersadarkan…

aku mencari dimana dia, aku ingin mengejarnya, dan tiba-tiba aku sudah berdiri disini. aku semakin bertanya-tanya apa yang dilihatnya kini. siapa aku di mata itu?

dan malam ini aku cemburu dengan puisi-puisinya. aku haus, tak terpuaskan… aku ingin mati di antara serakan huruf-hurufnya. aku ingin dikuburkan.

tertidur di atas karang-karang

aku melihat pinggiran laut yang terhempas

mencari putih di antara biru

mencari batu di antara pasir-pasir

aku masih tertidur di sela-sela matahari siang itu

warna-warna yang memadu

aku hanya abu-abu

:seorang!

Jiwa Tergenggam

(Pablo Neruda)

Kita bahkan kehilangan senja ini.

Tak ada yang melihat kita jalan bergandengan tangan

sementara malam biru ambruk ke dunia.

Aku lihat dari jendelaku

matahari tenggelam berpesta di puncak puncak

pegunungan yang jauh.

Kadang-kadang sepotong matahari

terbakar seperti sebuah uang koin di tanganku.

Aku mengenangmu dengan jiwaku tergenggam

dalam kesedihanku yang sudah kau tahu itu.

Di mana kau waktu itu?

Ada siapa lagi di situ?

Bilang apa?

Kenapa cinta mendatangiku tiba tiba

di saat aku sedih dan merasa kau betapa jauhnya?

Terjatuh buku yang biasanya ditutup setelah senja tiba

Dan sweater biruku terlipat seperti seekor anjing

terluka di kakiku.

Selalu, selalu kau mengabur lewat malam

menuju patung patung yang menghapus senja.

-terjemahan Saut Situmorang

ah…yah…kita ini seperti puisi di atas…

di dalam kelebat mimpiku, muncul lagi wajahmu

dan aku ingat malam, dimana ada temu

hujan basahkan tanah dan daun-daun

riak airnya menyentuh bibirku

lalu bibirmu…

sejenak aku terhenyak

sejenak aku terhentak

lalu dimana lagi, rindu-rindu bertemu

dan hati insan2 beranak pinak

jengkerik pun berlagu sendu

diiringi nyanyian katak-katak

bunga-bunga meredupkan kelopaknya

:takut terinjak