Proses Kreatif #30harimenulis
@astridreza
:sebuah catatan dan pengakuan
Saya menulis karena saya tidak bahagia. Saya menulis karena menulis adalah jalan melawan ketidakbahagiaan – Mario Vargas Llosa
Virus itu mewabah, menyerang saya dan saya tidak mati. Atau sebaliknya saya mati berkali-kali. Sekarang saya terserang adiksi, untuk terus maju atau bahkan melompat. Meraih benar obsesi saya yang utama: menulis dan menerbitkan sebuah novel. Pada akhirnya saya harus setuju apa yang dikatakan Marquez. Seseorang baru dapat menuliskan sesuatu yang besar ketika mereka mengalami hal-hal besar. Saya tidak tahu sebesar apa sebenarnya hal-hal yang telah saya jalani dalam hidup saya. Namun saya bisa mengatakan bahwa saya sudah melewati beberapa kiamat kecil pribadi.
Ide kiamat itulah yang pertama kali muncul. Lalu obsesi saya pada ingatan dan sejarah personal. Pada kematian dan kesedihan. Sisi-sisi depresif dan kecenderungan bunuh diri. Saya melepaskan diri saya dalam tulisan-tulisan saya. Kesakitan-kesakitan saya. Saya melepaskan banyak beban-beban emosi yang selama ini telah tertanam atau tergurat dalam diri saya. Saya tahu, saya membutuhkan #30harimenulis dan saya harus melewatinya sampai selesai.
Katakanlah pada awalnya ide fiksi untuk #30harimenulis adalah sesuatu yang amat personal bagi saya. Namun kemudian arus penulisan itu berkembang, karakter-karakter di dalamnya mulai bicara. Dan hampir setiap nyaris subuh, saya mulai memiliki jam biologis untuk bangun dan mulai mengetikkan kata-kata mereka. Sampai hari ini saya masih memiliki kebiasaan ini karena bagi seorang orangtua tunggal dengan anak berumur dua tahun, jam-jam ini adalah jam terjernih dan terhening bagi saya. Saya belajar menulis dengan efektif dan tidak terganggu. Latihan dan disiplin yoga yang saya lakukan tiga bulan terakhir tiba-tiba menyatu dengan rutinitas menulis saya. Bagi saya rutinitas baru ini luar biasa karena pada awalnya saya tidak begitu yakin saya akan memilikinya.
Di akhir #30harimenulis saya menemukan diri saya yang baru. Tidak hanya sekedar tulisan. Tidak sekedar fiksi. Project ini tiba-tiba menjadi begitu riil dan menjadi bagian dari diri saya. Begitu banyak peristiwa tiba-tiba terlewati tapi sekaligus terekam, perasaan mengetahui ini adalah menyenangkan. Dan ketika #30harimenulis saya yang pertama berakhir, saya juga merasa sedih, saya tiba-tiba ingin memulainya lagi, setiap hari.
Fragmen yang dihasilkan dari #30harimenulis akan saya teruskan, entah secara pribadi atau via blog ini. Satu kebetulan yang menarik lagi, ini adalah posting saya yang ke seribu satu. Umur blog ini hampir sepuluh tahun dan signifikansi angka seribu pada hari terakhir #30harimenulis membuat saya terkesima. Saya ingin melihat seberapa jauh saya bisa membawa diri saya menulis dan saya pikir momen ini adalah sekarang, ketika semesta sedang menjatuhkan sekian hal dalam hidup saya untuk saya jalani. Terimakasih pada kawan-kawan seperjuangan yang baik berhasil atau gagal, merelakan diri mereka diwabahi dan ditularkan semangat yang sama. Pada akhirnya hidup adalah proses, nikmatilah:)
Thank you to @maradilla for letting me involve with this project.