Retret

:hari pertama, purnama aquarius

Purnama menghantamku

Merah

Bagai darah

 

Tak ada garam di halaman

Sesaji bunga terlupa dalam tas

dan air hangat tak jadi dituangkan di dalam gelas-gelas teh

 

Aku menemukan punggungku remuk semalam

Ingatanku menggelap

Kain batikku terbuka

Dan hawa dingin menyelinap

 

Di malam-malam seperti ini

Aku ingin memelukmu lagi

Memasuki hari-hari retret ini

Jiwa-jiwa kita seperti masuk ke dalam gua yang dalam

Dekat dengan kematian

Dan jauh dari semilir bisikan

 

Aku memeluk kristal hitamku pagi ini

Memeluk pepohonan

Menjejak tanah-tanah di kejauhan

 

Dan tetiba angin-angin dari Utara

Menerpa wajahku hingga kering

Tangisku hingga kering

Jadi garam sampai ke lidahku

Punggungku masih meremuk

Dan tak ada yang redam

Dalam semalam

 

Kau melihatku dalam mimpimu

Menceracau dan menggila

 

Aku melihat diriku

Memanen tanaman di atas bukit-bukit yang tak kalah jauh

Di atas lanskap yang selalu ingin membuatku pulang

 

Kau tak lagi menjanjikan lanskap salju

Namun pesisir laut

Yang lebih dekat pada rumahku

 

Walau jiwaku gunung

Lidahku adalah laut

 

Dan punggungku adalah dunia

Yang tengah remuk dan pecah

Sehingga bibit-bibit merekah untuk tumbuh

Melewati rahim demi rahim

Mengalir merah

Purnama darah

Anting Mutiara

:ibu segala ibu

 

Aku mencoba sepasang anting mutiara

Milik ibuku yang kutemukan di laci kayu

 

Sambil kuingat-ingat pesannya untuk tetap memakai

batu berlian lahirku setiap waktu

Aku belajar dengan mahal ketika aku harus menebusnya sendiri

Di suatu waktu

 

Sekarang anting milikku tak pernah kulepas

Namun saat ini kulepas untuk mengingat ibuku

Sambil terlempar dalam masa lalu

 

Sebenarnya hal-hal apakah yang kita wariskan

dari ibu-ibu kita, selain ingatan

lalu luka-luka

juga semua bentuk cinta mereka

 

Masih kuingat tatapan laki-laki yang kucintai

dan mencintaiku tadi malam

Sosok mereka yang seolah tak diinginkan ibunya

Yang merasa tak dicintai ibunya

 

Aku mengerti perasaan-perasaan itu

Sungguh tipis perasaan diinginkan dan menginginkan

Antara syarat dan isyarat yang terlanjur tak terkatakan

Dalam banyak waktu

 

Namun sesungguhnya, kita memaafkan ketidaksempurnaan

ibu kita

kemarahan-kemarahan mereka

emosi-emosi terpendam mereka yang meluap

dari dalam

 

Kesakitan kuno

kolektif yang terpendam

Oh, perempuan

betapa tua benci dan cintamu

dengan segala hal di bumi ini

 

Pada tanah pertiwi yang kupijak

dan banyak diinjak

Kemampuanmu merubah segala yang busuk

menjadi nutrisi segala mahkluk

menghidupi segalanya hingga titik penghabisan

 

Kau yang mengerti segalanya

juga menerima segalanya

 

Kematianmu adalah kiamat kami

 

Jogjakarta, 1 Agustus 2017