#30harimenulis
Day 17: Wina, 15 Desember 2012
Tara
Aku tak melihatmu. Aku hanya melihat rekaman matamu, dimana-mana sepanjang kota Wina. Pada udara. Bahkan nuansa. Aku tak heran akan mengapa ibuku selalu mengingat kota ini. Bagaimana ia menghembuskan nafasnya dengan bebas di kota ini, walau di cuaca yang sedemikian akan selalu berubah menjadi asap-asap kecil. Namun ia hidup. Ia hidup dalam ingatan.
Rongga-rongga sepi. Udara memenuhi ruang paru-paru yang kosong. Foto-foto soliter. Keasingan. Selalu bentuk kesendirian dan perjalanan. Lalu lalang manusia yang sementara. Kesementaraan abadi. Momen. Segala bentuk getaran yang sebentar.
Aku paham kenapa kita sama-sama menemukan dan sama-sama kehilangan. Aku menemukan Asa, anakku yang tergolek di ranjang hotel, karena jetlag dan kelelahan. Kau menemukan Katrina, yang berasal dari kota ini. Sesama pasangan jiwa yang membuat diri kita sedikit ceria dalam cerita.
Tapi kota ini selalu memiliki hawa untuk membuatku sedikit terharu dan ingin menangis tersedan. Aku tak mengerti kenapa. Aku butuh segelas coklat hangat sebagai penenang. Benar-benar butuh.