cerita keempat untuk qq

karena cerita-cerita ini semua untuk menyambutmu, bila kau jatuh ke bumi pada suatu bunyi-bunyi sangkakala. semuanya hanya bentuk-bentuk kegilaan fiksi, kegilaan untuk kata-kata, menikam otak dan memamah hati. ataukah hanya bentuk pembenaran untuk perilaku-perilaku yang dimata mereka menyimpang? ataukah hanya penebusan dosa di sebuah salib yang terpaku seribu kata ini? karena aku sudah mematikan aku ketika jejak-jejakmu berbelok ke kanan dan aku masih tersesat di persimpangan. kita yang pernah berbelokan jalanan, ketika waktu masih menunjukkan seribu abad lamanya.

mungkin kau masih ingat pada lidah yang berpelukan pada suatu hujan sore hari dan kabut melati putih. pada dua tusukan lidi, anjing-anjing berlolongan seperti serigala hitam, langit hitam. siapa yang menjadi mangsa malam ini? sepekat perekat suasana berketiduran sekepompongan. pada pagi, ulat-ulat itu kembali pulang ke sarang. seperti kita berpulangan pada kaki gunung-gunung tinggi, pada ibu dan tanah ini. menetek pada kesunyian.

aku masih ingat bagaimana ketika pagi itu, kita yang sama-sama terlahir baru. bagaimana embun waktu itu dan bagaimana suara burung waktu itu. tetapi ada saatnya kita membunyikan lonceng-lonceng kematian, karena pemakaman kita sudah dekat. sadarkah kau jika kini saatnya membacakan doa-doa?

Leave a comment