#30harimenulis
Day 25: Yogyakarta, 27 September 2010
Tara
Email balasan itu masuk. Kenneth Maruti di inboxnya. Segala hal yang kau ingat tentang Kenneth Maruti dan ibumu mengingatkanmu akan sesuatu. Bahwa segalanya dalam dunia ini mulai abu-abu. Mulai tak kelu. Segalanya mulai berjalan melampaui benar atau salah. Baik atau buruk. Sosok abu-abu yang kau kenang. Raka. Fotografer favoritmu dengan spesialisasi membuat warna abu-abu diam dalam foto-fotonya.
Kau tak pernah bertemu dengan dirinya lagi. Lagi-lagi kau mengingat Kenneth Maruti dan ibumu, dan puluhan tahun yang mereka lalui. Bersama pada satu ingatan. Memori. Sejarah. Rasa kemelakatan abadi dalam perasaan individu-individu.
Kau membalas email itu sambil melepaskan ibumu, melepaskan ayahmu dan bahkan dirimu. Kau begitu lega setelahnya. Rasa maaf dan terimakasih membumbung dari dadamu. Kau berterimakasih dari hatimu yang terdalam kepada Kenneth Maruti. Agar dia tidak lagi bersedih. Ia harus tahu bahwa membuat ibunya bahagia di suatu waktu adalah bentuk-bentuk keabadian yang tak tergantikan. Ingatan berharga yang tak tergantikan.
Kata-kata kadang dapat menyelamatkan seseorang seumur hidupnya. Kata-kata sesederhana: maaf dan terimakasih pada kehidupan.