#30harimenulis
Day 24: Nairobi, 26 September 2010
Kenneth
Sudah berhari-hari Kenneth memikirkannya. Memikirkan kapan untuk membalas tombol reply di layar Blackberry-nya. Ia memikirkannya namun enggan mengingatnya. Ia merasa lucu bagaimana sebuah tombol dapat menentukan segala ingatan akan dirinya, akan Vivian dan akan kenangan mereka bersama.
Ia mengingat perjalanan hidupnya. Mengingat kota-kota yang pernah hidup dalam kenangannya. Tak ada yang sepekat kota Wina. Kenneth menghela nafasnya. Panjang sekali. Bahkan sekotak coklat Belgia yang selalu ada di laci meja kerjanya mengkhianatinya. Ia selalu menginginkannya. Dark chocolate dengan filling mint berwarna putih. Bertahun-tahun coklat itu wajib berada di tempatnya, kadang bukan untuk dimakan. Namun untuk dikenang.
Bahkan putrimu menemukanku, Vivian. Aku tak mengerti. Tak mengerti mengapa ia menemukanku. Apakah kau ingin ia menemukanku? Aku sulit berbicara sambil mengenangmu.
Matanya basah. Lagi-lagi. Seperti sekian puluh tahun yang lalu di Flughafen Wien di pagi yang paling dingin dalam hidupnya.