#30harimenulis
Day 13: Yogyakarta, 29 November 2006
Tara
Kau kira kau telah gila. Tapi ia benar-benar ada di sana. Hidup dengan segala atribut jiwanya. Kau tak kuasa menyentuhnya. Bahkan memeluknya. Walau ingin. Takut segalanya hilang dan semuanya hanya mimpi belaka.
Kau terdiam lagi. Hingga keheningan meruap dalam satu pitcher air minum. Bening.
Sejak mengetahui siapa dirinya, kau tak lagi makan, hanya minum air. Banyak sekali. Seolah ingin membersihkan diri.
Setiap kali menatapnya kau merasa sepasang matamu panas dan selalu, selalu ingin menangis haru. Sepanjang hidupmu, hanya laki-laki di hadapanmu inilah yang akan selalu membuatmu seperti itu.
Kau menyerap kesedihan yang dibawanya. Rasa ngungun. Nglangut yang selalu khas dan tak pernah hilang.
Dari sebuah kantong kecil berwarna merah kau serahkan sebuah liontin perak berkepala naga dengan hiasan batu giok. Warisan dari ibumu. Milikmu yang paling berharga dan paling kau suka. Kali ini kau hanya mengembalikannya ke pemiliknya yang sah.
Dia. Separuh jiwamu yang hilang. Tiga ribu tiga ratus tahun yang lalu. Di daratan. Di Utara ketinggian.
Ketika segalanya terasa benar. Terasa pada tempatnya. Momen selalu menemukan keabadian. Kau tahu dan dia tahu. Ada yang berhenti disana. Kala yang sedang enggan beranjak memutar roda kehidupan juga tak berselera memakan kalian.