#30harimenulis

Day 11: Wina, 15 Febuari 1979

Vivian

Pagi tenggelam dalam pelukan dan jalinan. Matanya terbuka ketika mata laki-laki yang segelap malam itu kembali pulas. Dadanya masih berdegup kencang. Sulit memelan setelah sekian sensasi dirasakannya sejak malam tadi.

Vivian ingat jelas segalanya. Manisnya semua. Ia terheran dengan dirinya yang sama sekali tak merasa ada yang salah. Serba sempurna. Ia tak menyangka. Kenneth telah membuka ruang dalam dirinya lebar-lebar. Kesadaran tubuhnya hampir menyentuh langit kota Wina. Serupa coklat hitam Belgia favoritnya sepanjang waktu: lumer, menghitam di lidah, kombinasi manis dan pahit di tenggorokan. Dirinya seperti filling putih rasa mint yang dia sadari adalah coklat favorit laki-laki itu. Dingin. Putih seperti salju. Ia ingat keduanya dapat berlama-lama di toko coklat Belgia tak jauh dari tempatnya. Kemewahan yang jarang mereka dapatkan di negaranya masing-masing.

Vivian merasa lucu. Eropa tak pernah melahirkan coklat. Orang-orang Maya dan Aztec di Amerika Latinlah yang meminumnya pertama kali. Raja Charles VI membawa coklat ke Wina ketika memindahkan istananya dari Madrid pada tahun 1711. Tahun 1832, Franz Sacher menciptakan Sachertorte.

Akhir penghujung 1978, ia memakan Sachertorte pertama kalinya di sebuah kafe Wina, bersama Kenneth Maruti. Cake coklat khas Wina itu selalu menemani segelas kopinya bersama segelas air putih. Selalu. Sebagaimana Kenneth Maruti selalu menemaninya kemana-mana. Menjaganya. Membuatnya hangat sepanjang musim dingin.

Vivian tak sabar dengan datangnya musim semi dan petualangannya bersama Kenneth. Juga sepotong Sachertorte untuk merayakan pagi itu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s