kemarau yang kedua
:asabhumy
kau habiskan di halaman
bermain sepak bola
walau terkadang debu bertebaran
dan bersarang dengan gatal di rongga hidungmu,
anakku
tak lagi penting
bagaimana dirimu hadir
melalui tubuhku
dan keberadaanku
lalu bagaimana mitos
dan realitas kehilangan batas-batasnya
terkadang
hingga aku menemukanmu
di halaman
di sampingku
selalu
pada hari pertama aku melihatmu
dan rasa di dalam dadaku
membuncah
serta airmata mengalir haru
aku teringat jemariku yang menyentuh kaca
akan sulit bagiku untuk melepaskanmu
perlahan
pada dunia yang penuh dengan kemarau tak tentu
dan aku yang tengah menghilangkan
risau
dan ragu
hingga keyakinan bahwa kau akan baik-baik saja selalu
asabhumy,
anakku
karena dirimulah, harapan akan kehidupan bersemi
untuk segalanya lebih baik
walaupun jalan dan kata begitu panjang lagi gersang
nikmatilah kemaraumu
dan terik matahari yang menyilaukan matamu
yang selalu ingin tahu