Lhasa, 9 Juli 2011
Ranmu
Bicaralah, Tara. Agar aku mendengarmu. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi laki-laki bermata abu-abu di hatimu. Namun kau harus maju. Kau harus berharap dirimu sendirilah yang akan menggantikannya. Bahwa dengan mencintai dirimulah, kau tak akan lagi kehilangan dirimu. Tak lagi menyakiti dirimu lagi.
Di antara pepohonan aku selalu melihatmu. Mengintip dari kejauhan. Apakah kau akan mengenggam tanganku, Tara? Apakah kau akan melangkah dan tertangkap padaku? Apakah kau akan sanggup untuk terjun lagi dan tak kembali. Karena kau serupa cermin jiwaku, Tara.
Tara, aku tahu kau tengah mencariku. Dalam potongan-potongan mimpi engkau datang. Dengan gaun biru langit. Rambut panjang hitam legam. Matamu yang tajam tak pernah semenusuk sedemikian. Menatap ke depan dan dalam. Kau datang sendirian.
Tak lagi sedih. Tak lagi sendu. Tak lagi hilang. Kau tahu kau tengah mencariku. Kaulah yang memegang kendali itu lagi. Seperti dulu. Ketika sosokmu muncul sebagai rajaku. Bicaralah, Tara. Agar aku mendengarmu. Agar aku dapat menjawabmu. Kau yang kini serupa ratu.
Kau masih diam. Kuteguk anggur dari botol termosmu.