Karena perempuan
tak lagi tumbuh di antara bunga
namun dalam bau darah yang tersimpan
dari rahim-rahim kesunyian
Aku menggedor mimpi-mimpi mereka
yang kerap antara bertahan hidup
ataukah antara kesementaraan sesaat yang diaborsi tanpa henti
oleh tangan siapapun atas nama kuasa
atas kaum kami
Tak ada lagi kepalsuan dalam kata-kata yang keluar
dari rahim setiap perempuan
segala yang tidak benar sedang mengalir tercuci ke lautan
yang telah tercampur sampah plastik modernitas
mengapung tiada henti
Namun es di muka bumi telah mencair
juga di seluruh hati kami, oh perempuan-perempuan yang tersebar
di segala penjuru bumi,
dalam peluhmu, hati senantiasa merundung
menanti duka hancur menjadi serpihan debu dan airmata leleh di tanah-tanah merah
yang kita jejak bersama, dulu
dan selalu
Bumi ini adalah kami
Yang kau pijak, juga dikoyak injak
Berapa lamakah, hai manusia, kaum dengki yang bodoh akan ketidaktahuan
Akan kami biarkan dirimu masih berdiri di atas kami
Pijakanmu akan hancur dan tak ada kerajaan yang akan kau bangun dari atas kehampaan
langit
Karena memori pertama setiap manusia
Hanya akan dicoreng oleh hangat pelukan ibu
dan bau susu mengalir dari puting payudara
Dan karena kerinduan itu tidak akan habis
Tidak akan lekang
Walau permukaan bumi akan terjungkir balikkan
Dalam badai yang tak sebentar
Ingatlah, ingatlah
Akan semua rahim dimana kau mengeluarkan tangis pertamamu
Ingatlah dan hentikanlah sekian kebodohan massal yang tak perlu