Dua tahun lalu malam yang gelap
Serupa kiamat dari jeruji teralis kecil itu
Kau hanya mengingat senyum hangat yang lepas itu di jalanan kota Kathmandu
Satu-satunya nyala lilin yang bertahan sampai dua tahun kemudian
Hingga bulan lalu, senyum itu bergeser dari dalam dirimu dan kau mencoba baik-baik saja
Kau lupa, ia pun serupa angin dan pelabuhan baginya dapat berubah kapan waktu, ketika waktu telah habis dan arah kompasnya menunjukkan pertanda untuk mengangkat sauh
Kau lupa dan berharap ia akan menantimu sekian lama
Ia selalu butuh diyakinkan, sebagaimana ia selalu meyakinkanmu bahwa segalanya akan baik-baik saja
Sekarang Himalaya telah merengkuhnya dan ia terasa begitu jauh
Dirimu berpikir ulang akan matahari tropis dan pantai-pantai beraroma biru, pasir hitam dari letusan gunung berapi tengah menghiasi malam ini
Nyaris segelap malam dua tahun yang lalu
Memori akan senyumnya itu seolah tak akan lepas dan di ujung sekian kata, ia tetap tersenyum lepas dan kau tak tega