Kau mencoba mengeja namamu dalam Sansekerta dan sejarah darahmu yang hilang muncul di hadapanmu dengan segenap kekalahan-kekalahannya yang menyakitkan. Sejarah-sejarah yang hilang yang coba dipaparkan dengan bosan di segenap bangku sekolahmu sehingga seluruh generasimu menderita amnesia.

Apakah sekarang kau sudah mengetahui apa-apa?

Kau bahkan tidak bisa mengeja namamu dalam lafalnya dengan baik. Nama-nama semesta yang diturunkan padamu. Gugusan bintang yang membentukmu. Ah, mengapa kau begitu lelah bercinta? Tidak kunjung menemukan titik terang dari segala hal akan cinta: kesetiaan, pengkhianatan, kesedihan, kebahagiaan, kecemburuan, kehilangan, dan sebagainya dan sebagainya. Sudah beribu-ribu kali kau jatuh cinta dan sudah beribu-ribu kali juga kau patah arang. Mengapa tak kunjung-kunjung kau mengerti, mengapa tak kunjung-kunjung belahan jiwamu tak kau miliki, mengapa tak kunjung-kunjung kau menyerah? Mengapa kau tak berhenti melukai dan tak berhenti dilukai. Dimana dirimu akan berhenti?

Apakah sekarang kau sudah mengetahui apa-apa?

Apa-apa yang kau rasakan dengan tiap hitungan sepersekian detik melewatimu begitu saja selama ribuan kali dan ribuan tahun. Kau menghirup racun-racun yang dibawa dunia untuk menghancurkan tanahmu, keluargamu dan dirimu sendiri. Mengkonsumsi segala hal yang disediakan kuasa kepadamu, uang kepadamu. Dalam hitungan tahun dirimu menjadi sebesar jerangkong hidup. Mengapa apa-apa yang kau sadari membuatmu merasa jauh lebih kalah daripada sebelumnya?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s