: tentang seorang lelaki di malaya
kau berharap aku akan selalu melihatmu. bahkan di antara percakapan-percakapan semu yang tak kunjung padam dari mulutku. namun semuanya seperti lidah api yang membara membakar hatimu. ketika nama-nama lelaki yang keluar bukanlah namamu. nama-nama sejarah yang terlalu panjang dan membentuk tragik sebuah drama.
seakan-akan kau berharap aku akan selalu melihatmu dan sungguh aku pun tahu itu. bahkan ketika dentingan gelas membakar kita dalam komplikasi pecahan peristiwa.
:lalu kau masih melihat tetapak santri di gang-gang menuju kotamu
dengungan megaphone yang pecah terpental dari tiang-tiang masjid
sungguh, lebaranmu tergores pada ingatan sebuah malam
yang berkali-kali kuingatkan — sungguh laknat dan abu-abu–
kau berharap aku akan selalu melihatmu. masih serta lalu.
bogor, 19 november 2004