Di Antara Sebuah Angkringan dan Lekukan Boulevard

:sasongko

Ketika ribuan tahun sudah berlanjut, pada sejarah yang hilang, punggungku terbakar. Tangan-tanganku mencoba menggapai yang pernah ada di sana. Ada yang bangkit dan mengalir tidak berhenti.

Malam itu, atas nama dewa-dewi dalam jejak sejarah perjalanan hidupku, kau melihat luka perang yang menua. Merah nyaris mendekati darah. Marun merona.

Kundalini, kundalini, naga tidur yang menyala di punggungku.

Aku tetap tak paham akan sosok segala hal, hanya kilatan cahaya melewati mataku berkali-kali malam itu. Lalu pada batu aku bergema, diam dan tak ingin kemana-mana.

Terberkatilah, atas nama dewi berjubah putih, katamu menjelang subuh.

Kundalini, kundalini, naga tidur yang masih menyala di punggungku.

Pada api yang meriap tiada henti pagi itu. Tiada henti.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s