rasa? rasaku sudah hilang ketika dia menikamku dari belakang, terlalu
hangat dan terlalu segar. semua jaringan syaraf tulang belakangku
tiba-tiba mati dan otakku kaku. jasadku meregang meraih nisan dimana
dia menguburkan diri hidup-hidup suatu hari.
rasaku mematung disitu di tanah yang sangat basah oleh embun dan
hujan yang berlebihan kemarin sore. warna kulitku berubah abu-abu
dengan ekspresi dingin kosong, mati dan tak berisi.
andaikan boleh permukaan kaku ini kugoreskan sebuah kalimat, sebuah
seruan tepatnya “pindahkanlah patungku dan kuburkanlah aku di sebelah
nisan ini”. mungkin akan mencair semua logam tulangku dan berhenti
jadi batu.