“Pranggg!!!” bunyi itu benar-benar memekakkan mendungnya senja di dalam bis kota. Sebilah kaca melayang mengenai kulit hidungku di sebelah kiri, aku merabanya, tidak, tidak luka, hanya seperti panas tergesek. Hanya kekagetan yang berdegup dalam kekerasan instan harian di jalanan kota Jakarta.