di antara titik-titik perak
bintangmu meredup
takut mataku disilaukannya
Month: July 2001
dari embun
aku ingin jatuh
dari daun demi daun
helai demi helai
mengalir
diresap tanah
dari embun
aku menjadi sealiran air
dari hilir ke hilir
dari sungai ke sungai
menuju laut
dari embun
aku ditelan laut
bulat-bulat
kelinci-kelinci percobaan…
berlari-lari
menari-nari
kian kemari
kelinci-kelinci
tak kau lihat serigala hitam itu mengintai dengan bahagianya
kelinci-kelinci
kau masih menari-nari
kian kemari…
negeriku adalah negeri kabut
bukan negeri dongeng
dan bukan negeri mimpi
negeriku adalah negeri kabut
banyak yang takut-takut
dan banyak yang mudah kalut
negeriku adalah negeri kabut
bukan lagi negeri yang bermandi matahari
terlalu banyak asap polusi dan kolusi
negeriku adalah negeri kabut
penuh rahasia
dan mengundang banyak tanya
negeriku adalah negeri kabut
bukan negeri dongeng
dan bukan negeri mimpi
negeriku
ngeriku
terliput kabut
tebalnya begitu berserabut
:akar-akar busuk itu tak jua tercabut
oh, negeri kabut…
dari desiran angin dari tanahku
kubangan-kubangan air berbicara lirih
berbecek-becek
mencak memuncak
“kami tetaplah kami!”
air mengguyur bumi berapi
seperti gurun yang minta disetubuhi
disini kami berdiri
mendongakkan kepala
meminum hujan asam
sisa-sisa peradaban
dan jatuhlah
jatuhlah
jatuhlah
segera
peduli apa
peduli apa
gema riuh
rendah rendah
dan mengalir darah
mengalir darah
kau minta jatah
:mulut itu berlumur merah
sungguh mengapa
ku hanya berusaha
enggan diganti kata
seperti debu-debu bumi
melayang tanpa henti
ditelan diri
dimana raga
berisi jiwa
bermandi cinta
nyalakan dupa-dupa
bawalah doa-doa
disana kau berada
oh, di puncak kata…
ingin kutulis kata yang bukan hanya kata atau cerita yang bukan hanya cerita. tapi dimana? dimana itu semua? terlalu kosong, terlalu hampa, tak ada yang dirasa. sejak kapan ketidakpedulian kuundang kembali hadir di muka?
jika kau sudah menggengam semuanya, apa yang kau lakukan? membuangnya begitu saja?