matilah aku ditelan lautmu

yang dalamnya sungguh menenggelamkan

dilahap aku termegap-megap

berdesah-desah

bernafas dalam pelukanmu

seolah-olah semua rindu pun tak akan habis-habisnya

lubang hitam-mu

menelanku hidup-hidup

mengapa harus dilupakan

atau harus pura2kah kita untuk tidak tahu

apa karena luka-luka

mereka tetap dibiarkan menganga

dan terus membusuk

apa karena begitu sakitnya

dan juga begitu busuknya luka itu

sehingga harus didiamkan

lalu mengapa kau pura2 tak peduli

sedangkan kau tahu apa yang terjadi

hanya karena semua tak peduli

bicara apa?

aku bicara soal ACEH!!!

:ths

I.

ku hanya ingin waktu berhenti

sewaktu kita hanya terdiam

dan membiarkan yang ada mengaliri pembuluh darah kita

pelan…

dalam pelukan dan kecupan

sore itu, langit melagukan hujan…

mengiringi bisikan-bisikanmu

mengaluri daun telingaku

gemericiknya yang menggetarkan

dibuainya aku…

II.

kulihat pelangi

di bayang-bayang jendelamu

senja yang membekas

tercermin dari matamu

diantara genangan-genangan basah

yang berpercikan api

III.

saling berkecamuk

saling terantuk

berpagutan

namun kita terus mengalir…

alir….

dan air tetap menjadi air

seperti ada yang aneh, di kala kurenungi dan kutengok jalan-jalan yang sudah kulalui. setapak demi tapak. semuanya seperti semakin bercabang. semakin buram, dimataku kawan demikian juga wajah-wajahmu. lalu apa yang tersisa kini di laci-laci ingatan kita masing-masing…