matilah aku ditelan lautmu
yang dalamnya sungguh menenggelamkan
dilahap aku termegap-megap
berdesah-desah
bernafas dalam pelukanmu
seolah-olah semua rindu pun tak akan habis-habisnya
lubang hitam-mu
menelanku hidup-hidup
matilah aku ditelan lautmu
yang dalamnya sungguh menenggelamkan
dilahap aku termegap-megap
berdesah-desah
bernafas dalam pelukanmu
seolah-olah semua rindu pun tak akan habis-habisnya
lubang hitam-mu
menelanku hidup-hidup
mengapa harus dilupakan
atau harus pura2kah kita untuk tidak tahu
apa karena luka-luka
mereka tetap dibiarkan menganga
dan terus membusuk
apa karena begitu sakitnya
dan juga begitu busuknya luka itu
sehingga harus didiamkan
lalu mengapa kau pura2 tak peduli
sedangkan kau tahu apa yang terjadi
hanya karena semua tak peduli
bicara apa?
aku bicara soal ACEH!!!
merah…
merahnya darah
mengerang erang
mengalir alir
tangis pun kini terganti darah
darah-darah
merah-merah
merah putihku…
basah menjadi merah butakah?
buku-buku second
sketsa-sketsa michelangelo
sketsa-sketsa klimt
break dancer
foto-foto santa cruz 1991
catatan harian trotsky
bis-bis kota
dan angin musim dingin
“to fall in love with someone you are not supposed to”-madame dasima
jatuh cinta kepada seseorang yang tak seharusnya kau cintai…
sahaja yoga:
memaafkan siapa saja, apa saja dan terutama memaafkan diri sendiri…
mampukah?
seperti salju beku
rinduku rancu
hatiku terpaku
dan kita…
ditiup rayu
terbang bersama bayu
:ths
I.
ku hanya ingin waktu berhenti
sewaktu kita hanya terdiam
dan membiarkan yang ada mengaliri pembuluh darah kita
pelan…
dalam pelukan dan kecupan
sore itu, langit melagukan hujan…
mengiringi bisikan-bisikanmu
mengaluri daun telingaku
gemericiknya yang menggetarkan
dibuainya aku…
II.
kulihat pelangi
di bayang-bayang jendelamu
senja yang membekas
tercermin dari matamu
diantara genangan-genangan basah
yang berpercikan api
III.
saling berkecamuk
saling terantuk
berpagutan
namun kita terus mengalir…
alir….
dan air tetap menjadi air
dikala kuciptakan aku dan kurangkaikan aku. dimanakah sekarang aku masih berada. masihkah sebuah proses dalam mengatakan aku adalah aku?
seperti ada yang aneh, di kala kurenungi dan kutengok jalan-jalan yang sudah kulalui. setapak demi tapak. semuanya seperti semakin bercabang. semakin buram, dimataku kawan demikian juga wajah-wajahmu. lalu apa yang tersisa kini di laci-laci ingatan kita masing-masing…